Keberagaman Budaya
Kalimantan Selatan
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Keberagaman Budaya (Kalimantan
Selatan) ”
Makalah
ini berisikan tentang informasi tentang Keberagaman Budaya (Kalimantan
Selatan) yang saya dapatkan dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya.
Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Keberagaman
Budaya (Kalimantan Selatan). Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Balikpapan, Februari 2012
Penyusun
Motto: Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing
(Bahasa Banjar:
Tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir)
Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan
dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang. Adat, bahasa dan
kepercayaan mereka adalah akibat pengaruh berabad-abad dari orang Dayak, Melayu
dan Jawa. Ada juga orang Dayak yang menjadi orang Banjar karena memeluk agama
Islam. Orang Banjar dapat dibagi dua dari segi dialek bahasa, yaitu Banjar Hulu
dan Banjar Kuala.
Orang Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air (`the
water people') karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan
kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Propinsi
Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan
menangkap ikan. Sekarang banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan,
transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi
pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat
kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Upacara-upacara adat
masih dipertahankan. Sistem kekerabatan suku Banjar adalah bilateral.
Kekayaan alam dan kesuburan tanah
tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka.
Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan
angkutan) yang terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian mereka
sulit untuk dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi
ruang gerak mereka.
Sistem
kekerabatan
Kai (kakek) + Nini (nenek)
|
↑
|
Abah (ayah) + Uma (ibu)
|
↑
|
Kakak < ULUN > Ading
|
↓
|
Anak
|
↓
|
Cucu
|
↓
|
Buyut
|
Seperti
sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu
sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai
penyebut diri sendiri.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan
untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara
kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara
tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil
(paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu.
Disamping istilah di atas masih ada
pula sebutan lainnya, yaitu:
· minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
· pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
· mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
· mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
· mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
· kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
· sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
· maruai (isteri sama isteri bersaudara)
· ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
· panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
· pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
· badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur
boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk
menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih
tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri
sendiri.
Bahasa
Bahasa Banjar merupakan bahasa ibu Suku Banjar.
Bahasa ini berkembang sejak zaman Kerajaan Negara Dipa dan Daha yang bercorak
Hindu-Buddha hingga datangnya agama Islam di Tanah Banjar. Banyak
kosakata-kosakata bahasa ini sangat mirip dengan Bahasa Dayak, Bahasa Melayu,
maupun Bahasa Jawa.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa daerah, yakni bahasa
Banjar yang memiliki dua dialek besar, yakni dialek Banjar Kuala dan dialek
Banjar Hulu. Di kawasan Pegunungan Meratus, dituturkan bahasa-bahasa dari
rumpun Dayak, seperti bahasa Dusun Deyah, bahasa Maanyan, dan bahasa Bukit.
Agama
Mayoritas penduduk Kalimantan
Selatan beragama Islam. Di samping itu juga ada yang beragama Kristen dan Kaharingan, khususnya di kawasan Pegunungan Meratus, Hindu, Buddha, dan Kong
Hu Cu.
Tarian tradisional
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang
dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan
oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang
berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata
tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman
hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi
sekaang ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai
dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.
Secara garis besar seni tari dari Kalimantan Selatan adalah dari adat budaya
etnis Banjar dan etnis Dayak. Tari Banjar berkembang sejak masa Kesultanan
Banjar dan dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Melayu, misalnya Tari Japin dan
Tari Baksa Kembang.
Rumah
Adat
Rumah Banjar
adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya
antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental,
dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas
Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871
sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan
Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas
rumah adat suku
Banjar .
Makanan
Setiap kawasan di Kalimantan Selatan, memiliki makanan
sebagai ciri-ciri khas daerah, seperti daerah Hulu Sungai Selatan
dengan dodol kandangan-nya, Barabai dengan apam dan kacang
jaruk, Amuntai dengan kuliner dari daging itik, dan Binuang
dengan olahan pisang sale yang disebut rimpi.Masakan tradisional Banjar
diantaranya: sate Banjar, soto Banjar, kue bingka dan lain-lain.
Teater
Satu-satunya
seni teater tradisional yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda.
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari
Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih
mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan
penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan
komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya,
Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada
alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan
adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima
Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan
Sandut (Putri).
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam
setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula
ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak,
Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan
karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi
dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja.
Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina)
yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi
mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang
dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Musik
Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku
Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut Panting karena didominasi oleh
alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting)
maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal dari daerah
Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang
berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu
musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin
majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan
dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan
dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri
dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu
sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat
berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang
yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan
sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang
berasal dari Kalimantan Selatan.
Selain itu, ada sebuah kesenian musik
tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal dari daerah
Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan kampung Bincau,
Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa
dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada
bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam
pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari
kepunyaan lawan bertanding.
Alat
Musik
Irama khas
yang di hadirkan, adalah perpaduan apik antara berbagai alat musik seperti
Biola, Panting dan juga Gong. Untuk alat musik Panting, alat
musik ini hampir mirip dengan alat musik gambus yang berasal dari Arab. Sama
seperti gitar, memainkan alat
musik Panting juga
harus di petik. Alat Musik Panting biasa di hadirkan dalam acara-acara seperti
mengiri tarian tradisional.
Lagu
Lagu Daerah suku Banjar antara lain:
- Ampar-ampar Pisang
- Sapu Tangan Babuncu Ampat
- Paris Barantai
- Lagu daerah Banjar lainnya
Senjata Tradisional
Senjata tradisional suku banjar yang
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
Serapang adalah tombak bermata lima
mata dimana empat mata mekar seperti cakar elang dengan bait pengait di tiap
ujungnya. Satu mata lagi berada di tengah tanpa bait, yang disebut “besi lapar”
yang di percaya dapat merobohkan orang yang memiliki ilmu kebal sekuat apapun.
Tiruk adalah tombak panjang lurus
tanpa bait digunakan untuk berburu ikan haruan (ikan gabus) dan toman di
sungai.
Pangambangan adalah tombak lurus
bermata satu dengan bait di kedua sisinya.
Duha adalah pisau bermata dua yang
sering digunakan untuk berburu babi.
·
5. Keris
Keris yang dianggap keramat atau
pemberani panjangnya 13 jari. Selain itu ada Kuduk, dan Rudus.
Pakaian Adat
- Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
- Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
- Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
- Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
- Pangantin Babaju Kubaya Panjang
- Pakaian Pemuda-pemudi ada 2 jenis, yaitu:
- Pakaian Nanang
- Galuh Banjar